JADIKAN AKU ULIN
Karya : Luthfiamer
SMA Negeri 1 Berau
Jadikan aku ulin, karena selalu saja gerigi gergaji mesin gemuruh memecah aubade enggang , menyeruak dari tepi kanopi, meneteskan sisa-sisa embun yang terhirup meski bercampur jelaga sisa pesta durjana pembalak.
Sibakkan jejak kaki besi, yang telah menggerus serasah lantai, tinggalkan luka-luka terkoyak pada hamparan mustika hijau yang kini tinggal sedikit tersisa
Entah seberapa kuat, bumi bisa tetap berotasi 24 jam sehari, sementara paku-paku gunung sudah penggal, ternganga, terkuras isinya, kosong. Rambut hijaunya pun telah berganti menjadi tidak asli lagi
Jadikan aku ulin, biar aku masih bisa berdiri tegak
Tuk ratapi satu persatu habitat yang perlahan beranjak , beralih fungsi, dan pasti akan menebar benci, kobarkan amarah, tiupkan bara, kepulkan asap, genangi sampai batas tak bisa ditolerir.
Sisakan teriakan dan rintihan seluruh pengharap kesenangan sesaat, sebelum semua diambil kembali Sang Maha Pemberi.
Jadikan aku ulin, agar aku bisa naungi kerabat, dan berdampingan hadirkan lestari yang hampir musnah.
Mampu reduksi asam arang dari industri, dan hembuskan segar untuk paru penghuni buana.
Tapi aku hanya sendiri dan pasti tak mampu saingi kecepatan tumbangnya plasma nutfah, pasti tak bisa lindungi meranti yang di dahannya tersangkut anggrek bulan gigantea, tak mampu mengandeng banggeris yang di dahannya menggelantung nektar dan royal jeli, tak mampu melilitkan rotan pulut dan saga dibadan tempat memanjatnya siamang dan orang utan, tak mampu menggiring payau menghindar dan berlari dari bedil para pemburu.
Jadikan aku ulin, tetapi harus dibantu kalian , taburkan benih semua vegetasi, agar hijau dipterokarpa ini bisa kembali menghampar dan kita masih bisa berharap dapat hidup di bumi ini lebih lama lagi.
Tanjung Redeb, 15 Oktober 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar